Yangartinya :" Carilah ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat/qubur). Sabdanya yang lain : Uthlubul 'ilma walau bishshiin. Yang artinya : Carilah ilmu waalau di negeri Cina." Maka kapan saja dan di mana saja, kita harus berusaha untuk menyerap /memperoleh/ mencari tambahnya ilmu. ilmu tiap tiap hari. Dan mencari ilmu itu hukumnya اُطْلُبُوا العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلى اللَّحْدِ Artinya “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat” Hadis ini tidak jarang kita dengar dalam ceramah atau kita jumpai ketika membaca buku-buku agama. Apakah hadis tersebut adalah hadis shohih sehingga dapat diyakini sebagai perkataan Rasulullah SAW? Ternyata, setelah dikaji TIDAK ADA satu kitab hadis pun yang mencantumkan hadis tersebut, baik kitab hadis induk yang disebut “al-kutub al-sittah”–yaitu 6 kitab yang menghimpun hadis-hadis Rasulullah yang terdiri dari Shohih Bukhari dan Muslim, Sunan Abi Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Nasa’i–maupun “al-kutub at-tis’ah”–yaitu 9 kitab induk hadis yang terdiri dari al-kutub as-sittah ditambah al-Muwatho Imam Malik, Musnad Imam Ahmad dan Sunan Ad-Darimy. Bahkan, bukan hanya di kitab-kitab hadis induk. Ungkapan yang diklaim sebagai hadis Nabi di atas sama sekali tidak terdapat pula dalam puluhan kita-kitab hadis lain yang mencakup berbagai kitab al-jawami’, kitab-kitab sunan, musnad, al-majami’, al-muwatho’, kitab-kitab al-ilal was su’alat, sampai kitab-kitab muskyilat wa ghoroibul hadis dan takhrij al-ahadits. Hal ini disimpulkan setelah dilakukan pencarian “searching” dan penelitian takhrij dengan bantuan Program al-Maktabah asy-Syamilah al-Ishdar Hadis, atau tepatnya ungkapan di atas, hanya ditemukan dalam Kitab Kasyf adz-Dzunun karya Musthofa bin Abdullah 1/52 tanpa penyebutan sanad periwayatannya. Juga Kitab Abjad al-ilmi tulisan Muhammad Shiddiq Hasan Khan al-Qanuji yang juga tanpa menyebutkan sanadnya dan bahkan tanpa menyatakannya sebagai hadis Nabi SAW, tapi hanya menyebut “qiila” maknanya = “katanya atau dikatakan” dalam bentuk shighat tamridh bentuk pasif dalam periwayatan hadis yang digunakan oleh ahli hadis untuk mengutip riwayat yang diragukan sumber dan validitasnya. Karena tidak adanya kitab hadis yang memuat hadis ini dengan sanad yang dapat diteliti, maka Syaikh Abdul Azis bin Abdullah bin Baz rahimahullah menilainya La ashla lahu tidak ada sumbernya berupa sanad Arsip Multaqo Ahlil hadis-3, Al-Maktabah Asy-Syamilah. Syaikh Sholih Alu Syaikh dalam ceramah berjudul “Asbab ats-Tsabat ala Tholibil Ilmi” menyatakan itu sebagai qaul sebagian ulama salaf. Demikian pula, Syaikh Abdurrahman al-Faqih juga menyebutkan bahwa kemungkinan teks tersebut adalah bagian dari nasehat ulama yang disebutkan untuk para penuntut ilmu dan BUKAN HADIS marfu’ yang bisa disandarkan kepada Nabi SAW. Arsip Multaqo Ahlil hadis-3 Al-Maktabah Asy-Syamilah. Kesimpulan Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teks di atas bukanlah hadis, kalau dinilai status hadisnya adalah hadis maudhu’ palsu dan tidak layak untuk diklaim sebagai hadis Nabi SAW. Oleh karena itu, kalau dianggap makna kata-kata tersebut baik untuk disampaikan kepada khalayak, dalam ceramah atau tulisan cukup kitakan sebagai kata-kata hikmah. Wallahu A’lam bish showwab. Penulis, guru, dosen STIQ Bima, dan da'i. Lihat semua pos dari M. Syukrillah Navigasi pos Danmenagisnya yang bukan karena kehilangan-Mu adalah sebuah kebatilan. NASEHAT KEENAM. Wahai Anakku, Hiduplah sesukamu (tapi ingat) sesungguhnya engkau akan mati, Cintailah sesukamu (tapi ingat) sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya, dan beramallah sesukamu (tapi ingat) sesungguhnya engkau akan dibalas. NASEHAT KETUJUH.
Dalam perspektif Islam, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul dari makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan. Menurut al-Ghazali menuntut ilmu merupakan kewajiban manusia, laki-laki dan perempuan, tua dan muda, orang dewasa dan anak-anak menurut cara-cara yang sesuai dengan keadaan, bakat dan kemampuan. Bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah tanpa membedakan jenis kelamin dasarnya terdapat di dalam al-Qur’an maupun di dalam pertama yang diturunkan Allah swt dalam menuntut ilmu sebagaimana firman Allah dalam Surah al-Alaq ayat 1-5, yang artiya “Bacalah dengan menyebut nama Tuhan yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang ia tidak tahu”.Rasulullah dalam salah satu haditsnya,"Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan menuju surga”. HR MuslimSelanjutnya kewajiban menuntut ilmu kita mengenal prinsip bahwa menuntut ilmu itu tidak mengenal batas dimensi ruang adalah Sabda Nabi Muhammad Saw"Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina” Ibnu BarriDan prinsip bahwa belajar itu tidak mengenal batas dimensi waktu atau seumur hidup"Carilah ilmu dari buaian ibu lahir sampai ke liang lahat" wafat AhmadAkan tetapi bagaimana kita mendapatkan keberkahan dari ilmu itu sendiri, dalam menuntut ilmu terdapat sesuatu yang amat penting yang perlu diketengahkan adalah adab atau etika yang mewujud menjadi karakter dalam menuntut adab mencari ilmu itu penting untuk diketahui dan diamalkan tiap siswa maupun orang yang akan belajar kepada guru, alasannya adalah karena adab lebih utama sebelum mempelajari sesuatu. Tentunya bertolak belakang ketika fenomena saat ini adalah para peserta didik yang kurang memilki etika atau moral dalam menuntut dari beberapa literatur, berikut etika dalam yang harus dilakukan ketika belajar yaitu agar siswa senantiasa ikhlas, memiliki niat dan tekad untuk belajar, diawali dengan doa, memiliki ketekunan, belajar sungguh-sungguh, bersemangat, banyak beribadah, memelihara sopan santun, memiliki kesabarana, tidak cepat menyerah atau putus asa, memiliki isfat lapang dada, memiliki sifat tawadhu, nasehat menasehati sesama penuntut ilmu dan mau mengamalkan ilmunya..Ilustrasi Etika Menuntut Ilmu Sumber Unsplash comSetiap penuntut ilmu merindukan untuk menjadi penuntut ilmu yang baik, walaupun tidak selalu diikuti oleh kesediaan dalam menempuh jalan kesuksesan. Sebagaimana setiap penuntut ilmu tidak menginginkan dirinya menjadi atau tergolong sebagai penuntut ilmu yang ilmu yang didapat tidak hanya memberikan kebaikan di dunia, namun juga mengalir sampai ke akhirat.“Teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular”** Asep Totoh-Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666.
Bersama wadah tinta sampai ke liang kubur”. Maksudnya, janganlah terputus untuk meraih ilmu agama. Raihlah ilmu agama sampai ajal menjemput. Adapun terputusnya seseorang dari jalan ilmu syar’i kembali kepada beberapa sebab utama berikut ini: Dia tidak mengetahui hakikat keutamaan ilmu syar’i dan mengapa dia (wajib) menuntut ilmu.
Menjadi lumrah untuk manusia menuntut ilmu. Sedari kecil, kita akan dipupuk budaya membaca dan ditanam perasaan gemar belajar untuk mendapatkan ilmu. Kita lihat dalam sejarah, ramai umat Islam terdahulu yang telah berjaya melakar nama dalam bidang-bidang yang diceburi. Ibnu Firnas merupakan manusia pertama yang berjaya mencakar langit dengan penciptaan kapal terbangnya. Ibn al-Nafis pula merupakan antara tokoh perubatan yang sangat ulung yang telah menyumbang terhadap penemuan sistem peredaran darah. Al-Khawarizmi pula merupakan seorang tokoh dalam bidang matematik, astronomi dan geografi. Kecintaan mereka terhadap ilmu sehingga mampu menjadikan mereka sebagai tokoh yang berjaya membuka mata dunia terhadap bidang-bidang yang diceburi. Kisah-kisah umat terdahulu inilah yang memberikan semangat kepada diri kita hari ini untuk lebih bersemangat dalam menuntut ilmu. Dalam hal ini juga, terdapat beberapa hadis dan kata mutiara yang disandarkan untuk membangkitkan lagi semangat manusia untuk menuntut ilmu. Namun, dalam masa yang sama, kita perlu berhati-hati dalam menyandarkan dalil yang didengar. Sebagai contoh, entri kali ini akan membawa sebuah kata-kata yang cukup terkenal dan sering digunakan, namun ia disebut sebagai salah sebuah kata-kata Rasulullah SAW. اطْلُبُوا العِلمَ مِنَ المَهدِ إِلى اللّحْدِ Maksud “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahad.” Menurut perbahasan ulama, ia bukanlah sebuah hadis. Tidak boleh beramal dengan menyandarkan ia kepada hadis. Menurut Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah, ucapan ini adalah kata-kata hikmah yang telah direka oleh manusia sendiri. Ia adalah kata-kata ulama dan digelar sebagai kata mutiara. Boleh beramal dengan kata-kata hikmah ini dan menjadikan ia sebagai pembakar semangat anda dalam usaha menuntut ilmu, namun tidak boleh mengatakan bahawa ia adalah kata-kata daripada Baginda SAW. Kongsikan Artikel Ini Nabi Muhammad berpesan, “sampaikanlah dariku walau satu ayat” dan “setiap kebaikan adalah sedekah.” Apabila anda kongsikan artikel ini, ia juga adalah sebahagian dari dakwah dan sedekah. Insyallah lebih ramai yang akan mendapat manafaat. Fizah Lee Merupakan seorang graduan Universiti Islam Antarabangsa Malaysia dalam bidang Bahasa Melayu untuk Komunikasi Antarabangsa. Seorang yang suka membaca bahan bacaan dalam bidang sejarah dan motivasi
SabdaNabi saw., “Manusia harus mencari ilmu dari buaian sampai ke liang lahat”. Inilah pemikiran yang tepat dan demokratis tentang pendidikan seumur hidup bagi sesama. Jika benar kita umatnya, marilah beri kesempatan serupa antara lelaki dan perempuan untuk menjalankan kewajiban menuntut ilmu hingga akhir hayat dikandung badan.
Meskisejatinya mencari ilmu bukan hanya di sekolah saja, seperti pepatah Arab yang mengatakan “carilah ilmu sampai ke liang lahat”, yang berarti juga tidak ada batasan dalam mencari ilmu, namun tetap sekolah menjadi lembaga terefektif dalam prosos pendidikan.
Belajarlah (carilah ilmu) sejak engkau dalam ayunan sampai ke liang lahat” Kewajban manusia terhadap diri sendiri yang sangat penting yaitu belajar. Belajar adalah jalan untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang baru atau
ozvC8. 259 401 70 27 441 368 385 397 489

carilah ilmu sampai ke liang lahat