Sunan Sitijenar. Sunan Sitijenar is, according to the Babad Tanah Jawi ("History of the land of Java") manuscripts, one of the Wali Sanga ("Nine Saints") to whom Indonesian legend attributes the propagation of Islam among the Javanese, Indonesia's largest ethnic group.
Menurut Bratakesawa dalam bukunya" Falsafah Siti Djenar" (1954) dan buku "Wejangan Wali Sanga "himpunan Wirjapanitra, dikatakan bahwa saat Sunan Bonang memberi pelajaran iktikad kepada Sunan Kalijaga di tengah perahu yang saat bocor ditambal dengan lumpur yang dihuni cacing lembut, ternyata si cacing mampu dan ikut berbicara sehingga ia disabda
Syeikh Siti Jenar memiliki banyak julukan. Nama Siti Jenar sendiri diambil dari bahasa Jawa (Siti: Tanah dan Jenar: Kuning). Adapula yang menyebutnya sebagai Sunan Jepara. Masyarakat Jepara sendiri memberi nama kepada Siti Jenar sebagai Lemah Abang (Tanah Merah).
082. Di alam kematian ada surga dan neraka, dijumpai untung serta sial. Keadaan di dunia seperti ini menurut Syekh Siti Jenar, sesuai dengan dalil Samarakandi "al mayit pikruhi fayajitu kabilahu" artinya Sesungguhnya orang yang mati, menemukan jiwa raga dan memperoleh pahala surga serta neraka. 083.
Menurut Bratakesawa dalam bukunya " Falsafah Siti Djenar " (1954) dan buku " Wejangan Wali Sanga " himpunan Wirjapanitra, dikatakan bahwa nama lain dari Syekh Siti Jenar antara lain Seh Lemahbang atau Lemah Abang, Seh Sitibang, Seh Sitibrit atau Siti Abri, Hasan Ali Ansar dan Sidi Jinnar.
Orang itu bernama Jenar. Nama lengkapnya Syekh Siti Jenar—sebuah nama yang tak henti-hentinya jadi legenda di masyarakat Jawa. Ia memikat karena ia melambangkan perlawanan yang dianggap sah terhadap kekuasaan para ulama dan penguasa yang mengunggulkan ortodoksi.
mLWWZ. 160 276 55 321 253 369 62 498 369
wejangan syekh siti jenar bahasa jawa